Kamis, 17 Juli 2008

Hancurnya Rawa Gambut di Abdya

Puluhan ribu hektar hutan rawa gambut di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) terancam hancur dan hilang tanpa bekas karena beralih fungsi menjadi lahan perkebunan Kelapa Sawit. Hutan yang seharusnya mendapat perlindungan dari pemerintah itu berada di wilayah Babahrot dan Kuala Batee. Rawa gambut yang dikenal dengan nama rawa lama tuha itu berada di wilayah pesisir.
Para pakar lingkungan menyebut Lahan/rawa gambut memberi fungsi - fungsi ekologi yang sangat penting diantaranya tempat penyimpanan air, perlindungan badai dan pencegahan banjir, selain itu berfungsi sebagai wadah pengisian air tanah (pergerakan air tanah dari lahan basah ke daerah atasnya.
Lahan gambut juga berfungsi sebagai tempat pemurnian air, penahan/pengumpul nutrien dan sedimen serta bahan-bahan berpolusi. Fungsi lain adalah memberikan satabilitas kondisi iklim lokal, khususnya curah hujan dan temperatur.
Namun semua fungsi hutan rawa gambut itu berangsur hilang karena lahan telah berubah fungsi. Pengentasan Kemiskinan menjadi dalih pemerintah daerah setempat untuk membuka sekitar 21 hektar yang kabarnya akan diberikan kepada rakyat.
pembukaan areal rawa tersebut juga melibatkan rakyat diwilayah itu, sekitar 117 kelompok tani kini menebangi hutan untuk menjadikan areal tersebut menjadi kebun kelapa sawit.
Anggota DPD RI Asal Aceh, Adnan NS yang dihubungi Minggu (11/5) kemarin mengaku prihatin karena beralihnya fungsi hutan rawa gambut tersebut, karena kata dia selain fungsi ekologi yang hilang, beberapa satwa langka seperti lutung ekor panjang, harimau sumatra, beruang madu, serta beberapa jenis burung langka yang menjadikan rawa lama tuha tersebut sebagai "rumah" juga akan punah karena habitatnya hilang.
Menurut Adnan NS, Lahan basah seperti rawa gambut dilamatuha itu memiliki nilai estetika, dapat menjadi lokasi yang menarik untuk rekreasi. " Banyak lahan basah yang menyimpan misteri ilmu pengetahuan sehingga menarik untuk digunakan sebagai lokasi penelitian, termasuk kegiatan pendidikan. Bila itu hancur maka Abdya tidak memiliki lagi tempat lain, karena itu satu-satunya tempat yang ada," kata Adnan.
Menurut Adnan kehancuran rawa tersebut akan berdampak pada perubahan iklim global, karena tidak ada lagi wadah untuk menyerap dan menyimpan karbon, Kata Adnan fungsi sebagai pengendali lepasnya karbon ke udara yang berkaitan langsung pengendalian iklim global tidak ada lagi.
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya kata Adnan seharusnya jangan berfikir sempit, masih ada alternatif lain untuk mengentaskan kemiskinan, misalnya saja mengoptimalkan fungsi lahan terlantar yang masih luas di Abdya. "Bila masalahnya kurangnya sarana irigasi pemerintahkan bisa membuatnya," kata Adnan.
Alternatif lain untuk mengentaskan kemiskinan dengan cara eksplorasi bahan tambang berupa biji besi, "Di Abdya jumlahnya besar, Pemerintah bisa membuat pertambangan rakyat yang melibatkan masyarakat banyak, saya yakin kemiskinan akan menurun," kata Adnan.

"Sijari" Tio Kalahkan Anan Sisar


Turnamen terbuka Junior dan senior antar Master Aceh - Sumut 2008 berakhir, dan ditutup oleh Wakil Bupati Aceh Barat Daya, Ir Syamsurizal, Rabu (18/6) petang.
Sejumlah atlit Tenis wakil Pelti Abdya yang berlaga dalam turnamen tersebut membuktikan diri sebagai yang terbaik, dimana atlit tunggal putra master, Tio "sijari" Lana Putra berhasil mengalahkan Anan Sisar dari Club Unimed Medan dengan skor 6-7 (7-5), 6-1, 6-4.
Tio dan Anan Sisar juga merupakan dua atlit yang akan berlaga dalam PON XVII di Kalimantan Timur Juli mendatang. Tio saat ini adalah pemain peringkat 1 Aceh, begitu juga dengan Anan Sisar, Pertarungan dua master ini sangat menegangkan, dimana pukulan tajam penuh tipuan berlangsung dari awal permainan.
Selain mengalahkan Anan pada Tunggal Putra Master, Tio yang selalu menunjukkan jari telunjuknya setiap berhasil mengumpulkan poin juga mengalahkan Anan pada Ganda Putra Master.
Tio berpasangan dengan Freddy W, Sementara Anan berpasangan dengan Bactiar, Tio - Freddy berhasil membungkam Anan Bactiar dengan angka telak 8-0. Kemenangan Tio tersebut membuat Ketua Pelti Abdya, Kompol Sumardi S.Km senang tak terbilang, Kapolres Persiapan Aceh Barat Daya itu berjanji akan terus membuat turnamen serupa pada tahun mendatang. "Saat liburan sekolah mendatang kita akan buat lagi turnamen yang lebih besar," Kata Sumardi
Dilaksanakannya turnamen tenis saat libur sekolah bertujuan agar pemain junior dan pemula juga dapat bertanding untuk prestasi sekaligus untuk pembinaan atlit tenis di Aceh dan Sumatera Utara. Turnamen tersebut berlangsung sejak Minggu (15/6) lalu diikuti oleh 128 peserta wakil dari Pelti Langsa, Lhokseumawe, Banda Aceh, Pematang Siantar, dan Medan.

Lintas Wisata Tsunami


Warga di Pantai Barat Aceh kini memiliki lintas wisata baru terlebih bagi yang memiliki jiwa petualang, pilihan ini adalah lintas lama, dimana masih ada suasana rakit, dan sisa-sisa bangunan bekas bencana alam tsunami dan suasana perkampungan Aceh yang sederhana serta pamandangan alam yang memukau di sepanjang pantai Barat Aceh. Lintas yang memiliki rakit sebagai sarana penyeberangan berada di Lamno Aceh Jaya, selain itu ada lintas Lhok Kruet - Kuala Nigan - Babah Nipah naik rakit menuju jeumpeuk - Cotlangsat dan Patek, wilayah ini masih di Kabupaten Aceh Jaya. Foto direkam Minggu (6/7) lalu.

Kriminalitas di Aceh Meningkat, Aparat Harus Bertindak

Aksi kriminalitas wilayah Nanggroe Aceh Darussalam yang kian meningkat telah membuat Tgk. Imam Syuja', SE resah, Anggota DPR RI asal Aceh itu mengharapkan aparat keamanan terutama kepolisian bertindak cepat untuk memberikan rasa aman terhadap masyarakat.
"Jangan menunggu lagi, aksi-aksi itu harus dicegah jangan sampai terjadi, saya banyak dapat laporan soal aksi-aksi itu, selain yang kita baca di media." kata Imam Syuja' Kamis (10/7) di Kantor Perwakilan Waspada Banda Aceh, di Kawasan Peunayong Banda Aceh.
Tidak hanya polisi, Masyarakat juga harus membantu kepolisian memberikan laporan yang benar, Namun katanya Warga yang melaporkan harus diberikan perlindungan, "Semua kita harus "nyanyi"," Kata Wakil Rakyat asal PAN itu.
Menurutnya, Kedamaian sejati bagi masyarakat Aceh adalah bebas dari rasa takut. "Roh perdamaian adalah rakyat bebas dari keakutan,' kata Imam Syuja.
Politisi Nasional pendukung program Nuklir Iran itu menyampaikan sikap bahwa kedamaian belum sepenuhnya dirasakan oleh Masyarakat Aceh, karena timbulnya ketidaknyamanan dan rasa takut yang diciptakan oleh pihak-pihak yang sengaja membangun teror di Aceh. "Saya yakin ada konspirasi besar mengganggu perdamaian," kata Imam Syuja sambil mengharapkan semua pihak ikut berperan menjaga perdamaian.
Lebih lanjut kata Imam, Ulama di Aceh sudah sepantasnya tampil menyampiakan kebenaran, "sebagai simbol moral, ulama Aceh harus juga "bernyanyi" sampaikan kebenaran itu bantu kepolisian, dan polisi harus selalu siap melindungi masyarakat," kata Imam Syuja'.